Mei 23, 2008

Pasar Baru Bekasi

Hari Sabtu Minggu lalu, sepulang dari kantor, Mr.Gift menjemputku. Setiba di rumahnya, aku dan mamanya terlibat 'urusan domestik' di dapur (setidaknya mamanya akan melihat aku tidak anti dengan spatula). Setelah makan bersama sambil menonton tivi, mamanya berniat akan ke pasar untuk membeli bahan makanan untuk dibawa keesokan harinya. Di hari Minggunya. Mr.Gift sekeluarga akan ke rumah tulangnya (adik laki-laki mamanya). Masakan-masakan batak sudah dipesan sehari sebelumnya. Yang akan dibeli di pasar adalah udang sebagai tambahan makanan.

"Kamu ikut aja yah. Temenin Mama." pinta Mr.Gift. Aku mengiyakan.

Tak lama kemudian aku dan mamanya berangkat ke pasar baru yang terletak di dekat terminal Bekasi. Di angkot, kami berbincang mengenai Kak Tiur (saudara kembar Mr.Gift) dan pekerjaannya.

Sampai di tujuan kami langsung menuju tempat menjual ikan basah. Mamanya memilih-milih udang dan ikan setelah kami nyaris berputar-putar karena petunjuk orang yang menyesatkan. Seperti biasanya, para pedangang akan langsung 'tiba-tiba' akrab dengan para pembeli.

"Ini udah murah kok, Bunda.." (siapa yang bunda??)

"Biasanya anaknya yah yang ke pasar Bunda? Kok sekarang mamanya?" (sok tahunya mulai)

Tapi yang mengejutkan,

"Iya, sekarang mamanya sama mantu..."

"O.. bukan anaknya ya? Gak bisa kenalan dong, saya kira keponakannya..."

"Bukan... ini menantu..."

"Kok menantunya cakep yah.."

"Mertuanya juga cantik.." mamanya tak habis kata-kata meladeni ucapan iseng para penjual.



Pulang membawa 4 kilo udang basah, ikan tongkol 2 kilo, ikan gembung, cabe, tomat, tahu dan pepaya yang jumlahnya berkilo-kilo bukan perkara mudah. Kami putuskan untuk pulang naik becak. Menyusun 2 pantat yang tidak kecil, belanjaan yang segunung di becak yang sempit merupakan tantangan tersendiri lagi. Alih-alih sebesar Hercules, abang becaknya sekurus doyok.
Sambil menahan rasa pegal di kaki, kami membicarakan Ricky (adik Mr.Gift) yang paling kecil yang masih harus disuapi walaupun di depan pacarnya.
Semakin lama di perjalanan, aku mulai merasakan kebas di kakiku. Setibanya di depan rumah, aku melangkahkan turun kaki kananku. Begitu menginjakan tanah, aku tak bisa merasakan kakiku, kakiku tak kuat menahan tubuhku. Aku jatuh terduduk di lantai becak dengan kaki kiri masih terlipat di becak. Nyaris 5 menit kemudian baru aku bisa bejalan terpincang-pincang masuk ke dalam rumah.

Updated: Maaf postingnya telat!

Mei 14, 2008

White Board

Akhir minggu lalu Mami memberitahuku bahwa di papan jadwal di ruangan Majelis Gereja telah tertulis, di tanggal 22 Nov "Martupol" dan di tanggal 5 Dec "Pasu-pasu" Kel. Marbun/br Situmorang - Kel. Hutajulu/br. Hutapea.

Semua majelis atau semua orang yang melewati ruangan itu dapat membacanya.

Itu menjelaskan banyak hal. Inang Pendeta yang tiba-tiba tersenyum akrab melihatku memasuki halaman Gereja bersama Mr. Gift. Dia juga memberiku "lapet". Walau aku tak suka lapet, tetap aku terima. Mami dan Papi yang selalu "di-cie-cie-in" oleh jemaat Gereja yang lain.

Padahal sekali lagi, aku belum resmi dilamar...

Mei 06, 2008

Hot Issue...

Hampir semua orang di Gereja membicarakan pernikahan kami. Entah bagaimana bisa tersebar.